top of page

PCOS 101: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi PCOS


*Artikel ini telah diperiksa oleh dr. Gilbert Renardi Kusila.


Menurut The Office on Women’s Health US, satu dari 10 wanita pada usia subur mengalami PCOS. Yes, PCOS cukup umum terjadi, dan bahkan terdaftar sebagai salah satu masalah kesehatan reproduksi yang paling sering dialami wanita, menurut Centers for Disease Control and Prevention. PCOS sendiri dapat mengganggu siklus menstruasi hingga kesuburan, itulah mengapa kondisi ini patut dikenal dan dirawat dengan serius.


Kalau kamu belum familier dengan kondisi ini, tak perlu khawatir⁠—it’s never too late to learn. Yuk, kita mengenal PCOS lebih baik!


Apa itu PCOS?

PCOS adalah singkatan dari polycystic ovary syndrome, atau sindrom polikistik ovarium. Masalah kesehatan reproduksi ini menyerang ovarium (indung telur), yaitu bagian sistem reproduksi wanita yang bertugas untuk menghasilkan sel telur setiap bulannya. Sel telur inilah yang akan dibuahi sperma, dan jika tidak dibuahi, sel telur dan dinding rahim akan meluruh dan keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.


Bagaimana PCOS terjadi?

PCOS terjadi ketika ovarium gagal melepas sel telur (proses yang dinamakan ovulasi) sehingga sejumlah kista kecil muncul. Munculnya kista-kista tersebut disebabkan oleh jumlah hormon seks pria bernama androgen yang berlebihan.


Sebenarnya, ovarium mulai menghasilkan sel telur mulai dari kondisi janin berusia 12 sampai 13 minggu⁠—hanya saja di saat itu sel telur masih berupa jutaan folikel primordial. Seiring tubuh wanita berkembang, jumlah folikel akan menyusut drastis, dan begitu memasuki masa pubertas, folikel yang tersisa akan dimatangkan. Normalnya, folikel yang sudah matang akan melepaskan sel telur untuk dibuahi.


Nah, jika wanita mengalami ketidakseimbangan hormon, proses pematangan folikel di ovarium akan terpengaruh. Akan terjadi pembesaran ukuran serta penambahan jumlah cairan dalam folikel. Folikel yang seharusnya matang dan dilepaskan dari ovarium akan tertahan, dan pada akhirnya berkembang menjadi kista. Karena terjadi berulang kali, jumlah kista dalam ovarium pun bertambah dan menjadi PCOS (polycystic = banyak kista).


Apa saja penyebab PCOS?

Tidak ada penyebab pasti PCOS terjadi, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan dengan munculnya PCOS. Menurut National Health Service UK, inilah tiga faktor yang terkait dengan PCOS:

  • Ketidakseimbangan hormon: Dalam keadaan normal, hormon Luteinisasi (LH) akan memacu produksi hormon androgen, yang nantinya dapat diubah menjadi estrogen melalui proses aromatisasi yang terjadi di dalam sel granulosa. Namun pada kondisi PCOS, terjadi peningkatan hormon LH, sehingga jumlah hormon androgen yang dihasilkan turut meningkat pesat. Gangguan fungsi sel granulosa pun mungkin terjadi, sehingga konversi hormon androgen menjadi estrogen tidak berlangsung. Kadar androgen yang berlebihan ini akhirnya mengganggu siklus ovulasi, menyebabkan hirsutisme (bertambahnya jumlah rambut di tubuh), dan jerawat berlebih yang seringkali dialami pengidap PCOS.

  • Resistensi insulin: Saat tubuh tidak bisa menahan efek insulin (hormon pengatur kadar gula) dengan baik, tubuh menghasilkan lebih banyak insulin karena merasa tubuh kekurangan hormon tersebut. Jumlah insulin yang berlebih menumpuk di dalam tubuh, membuat ovarium menghasilkan terlalu banyak testosteron (hormon seks pria) dan menyebabkan serangkaian kejadian yang telah dijelaskan sebelumnya.

  • Genetik: Kalau PCOS ada di riwayat penyakit keluarga, kemungkinan besar risiko terjadinya PCOS pun lebih besar.


Apa saja gejala PCOS?

Perlu diingat bahwa tidak semua wanita mengalami seluruh gejala PCOS. National Health Service UK mengatakan bahwa gejala berikut ini biasanya dialami perempuan remaja hingga usia 20-an:

  • Menstruasi terlambat atau tidak teratur

  • Tumbuh rambut di wajah dan tubuh

  • Berat badan naik, terutama di area perut

  • Jerawat atau kulit berminyak

  • Rambut kepala menipis atau rontok (tanda-tanda kebotakan)

  • Infertilitas

The Office on Women’s Health US melaporkan bahwa kebanyakan wanita baru tahu kalau mereka mengalami PCOS saat mencoba hamil, biasanya di usia 20-an dan 30-an. Kalau kamu mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, segera konsultasi dengan dokter untuk memeriksa kondisi sistem reproduksimu.


Bagaimana cara mengatasi PCOS?

Sesuai dengan tingkat keparahan PCOS, kondisi tubuh, dan gejala yang kamu alami, cara mengatasi PCOS yang dibutuhkan beragam. Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul (pelvic exam), pemeriksaan fisik (physical exam), ultrasound, dan tes darah untuk mendiagnosa kondisimu.


Berdasarkan hasil diagnosa, kemungkinan kamu akan dianjurkan untuk melakukan treatment berikut ini:

  • Perubahan gaya hidup: Dokter akan menganjurkan diet dan aktivitas yang patut dilakukan agar kondisi tubuhmu lebih sehat. Treatment ini bertujuan untuk mengontrol kadar insulin berlebih pada tubuh.

  • Pengobatan: Obat yang diresepkan oleh dokter akan disesuaikan untuk meringankan gejala yang kamu alami—seumpama kamu mengalami pertumbuhan rambut abnormal, dokter akan memberikan obat untuk mengurangi pertumbuhan tersebut. Kemungkinan kamu juga akan diresepkan obat hormonal untuk menstimulasi ovulasi.

  • Pil KB: Biasanya diresepkan untuk mengatur siklus menstruasi, mengurangi jerawat, serta menurunkan jumlah androgen.

  • Obat-obatan diabetes: Untuk menurunkan kadar gula dan mengatur kadar insulin dalam tubuh.

Operasi juga merupakan salah satu opsi untuk mengatasi PCOS, tapi hanya akan dilakukan jika treatment lainnya tidak efektif. Pembedahan untuk mengatasi PCOS adalah laparoscopic ovarian drilling (LOD). Pada dasarnya, jaringan yang memproduksi androgen pada permukaan ovarium akan dihancurkan memakai laser atau alat panas lainnya.

Apakah saya masih bisa hamil kalau memiliki PCOS?

Salah satu pertanyaan terkait PCOS yang paling sering diajukan—dan jawabannya adalah: Yes. PCOS memang mengganggu kesuburan, tapi dengan bantuan yang tepat, tidak mustahil bagimu untuk hamil.


Perlu diingat bahwa salah satu gejala PCOS adalah menstruasi terlambat atau tidak teratur, sama seperti tanda kehamilan. Oleh karena itu, semisal pengidap PCOS sudah aktif secara seksual, sebaiknya mulai sadar akan tanda-tanda kehamilan lainnya.


Your doctor knows best, jadi konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan treatment terbaik kalau kamu berencana untuk hamil (dan kalaupun kamu tidak berencana untuk hamil, tetap kunjungi dokter untuk check-up, ya!).


***


Artikel ini bertujuan untuk menyampaikan informasi dari dokter dan praktisi medis. Artikel ini bukan, dan tidak dimaksudkan sebagai, pengganti saran ahli medis, diagnosa, atau pengobatan, dan tidak boleh diandalkan untuk nasihat medis tertentu.


We crack open taboos and talk about all things reproductive health. Follow UMA on Instagram.

bottom of page