top of page

PCOS Fighter Stories: 5 Wanita Cerita Tentang Perjuangan Melawan PCOS


An interview with PCOS Fighter Indonesia community members


Sudah paham tentang apa itu PCOS, gejala, penyebab, serta cara mengatasinya? Good! Sekarang, mari kita simak kisah perjuangan para wanita Indonesia yang mengidap PCOS, langsung dari para pejuang PCOS sendiri. Mulai dari gejala yang mereka alami, treatment yang mereka jalani, hingga tantangan terberat yang telah mereka hadapi, ini dia cerita para PCOS fighters!


Nanditya


Sejak kapan kamu terdiagnosa PCOS?


Saya pertama kali terdiagnosa PCOS pada Desember 2017. Pada saat itu saya mens dua kali dalam sebulan dan jaraknya berdekatan, hanya berselang tiga sampai lima hari. Setelah terdiagnosa PCOS saya baru sadar bahwa saya juga mengalami pertumbuhan rambut berlebih pada tubuh, jerawat berlebih, dan mood swing.




Bagaimana reaksimu saat terdiagnosa PCOS?


Saat pertama kali terdiagnosa PCOS perasaan saya sedih, kecewa, dan bertanya-tanya—mengapa bisa seperti ini? Apalagi saat itu dokter mengatakan bahwa agak sulit bagi penderita PCOS untuk hamil dan butuh usaha ekstra. Saya langsung memberi tahu ibu dan calon suami saya pada saat itu. Bagaimana kalau sampai tidak bisa memiliki keturunan?


Beberapa kali saya menjadi lebih sering menyalahkan diri sendiri karena berpikir ini semua salah saya, karena diri saya sendiri saya bisa terdiagnosa PCOS. Pertanyaan kebanyakan orang di awal pernikahan kami pun cukup membebani pikiran. Rasanya ingin menjelaskan, tapi saya tahu belum tentu mereka akan langsung memahami, dan akhirnya hanya dipendam hingga menjadi beban pikiran sendiri.


Sekarang saya merasa happy dan sudah berdamai dengan diri saya sendiri. Terakhir kali check-up ke dokter saya menjalani beragam test lab. Masih ada hasil yang kurang baik, tapi justru menjalani pemeriksaan membuat saya lebih tenang. Dan meski saat ini saya belum diberikan keturunan, yang penting saya sehat dan bahagia.



Adakah pesan yang ingin kamu sampaikan kepada para pejuang PCOS di luar sana?


Untuk teman-teman dan orang lain di luar sana yang mungkin lagi galau karena terdiagnosa PCOS, saya mau bilang bahwa kita ini spesial. Kita memiliki telur cantik berantai seperti mutiara, hahaha... Meskipun artinya tidak baik, tapi dengan itu kita diberikan sinyal dan kesempatan untuk selalu tetap sehat agar PCOS kita juga terkendali.



Giska


Seperti apa awal perjalananmu dengan PCOS?


Sebelum menikah, saya sudah sadar bahwa siklus haid saya tidak teratur, tapi saya abaikan. Saya baru memutuskan untuk memeriksa kondisi tersebut beberapa bulan setelah menikah, dan di situlah saya terdiagnosa PCOS. Saat itu saya mencoba untuk terlihat tenang, tapi sebenarnya hati saya terasa kacau. Saya takut akan susah hamil.



Apakah kamu mendapatkan treatment agar bisa hamil?


Ya, saya mencoba program hamil dengan bantuan dokter. Awalnya saya diberikan treatment berupa obat-obatan, tapi tidak berhasil. Setelah itu saya mulai mempelajari PCOS lebih dalam, bergabung dengan komunitas PCOS, dan mulai mengubah gaya hidup.


Treatment PCOS tidak instan dan butuh waktu tergantung kondisi masing-masing. Saya memaksakan diri untuk bisa mengubah gaya hidup supaya lebih sehat. Bahkan saya pernah mengikuti challenge diet PCOS di Instagram agar lebih termotivasi!



Bagaimana kondisimu sekarang?


Perlawanan saya terhadap PCOS akhirnya membuahkan hasil. Saya sudah hamil dan memiliki seorang putra. Pesan saya untuk para pejuang PCOS: Berusahalah untuk konsisten menjalani diet sehat dan olahraga rutin. Suatu saat nanti perjuangan kalian akan berbuah manis. Bersabarlah.



Agnesia


Apa yang membuatmu periksa ke dokter?


Gangguan menstruasi—itu adalah gejala pertama yang saya alami. Saya sudah mengalaminya sejak masih sekolah, tapi saat itu hanya merasa mungkin mens tidak teratur karena hormon remaja masih kurang stabil, dan lagipula saya jadi hemat pembalut, hahaha… Tapi lama-kelamaan muncul jerawat hormonal, lalu muncul rambut halus di atas bibir seperti kumis.



Selama berjuang dengan PCOS, apa momen yang paling membekas di hati?


Enam tahun setelah menikah, saya hamil. Itu adalah pertama kalinya test pack saya menunjukkan dua garis. Rasanya bahagia banget, sampai menangis karena nggak percaya akhirnya bisa hamil. Namun sayangnya, saya dinyatakan mengalami BO (Blighted Ovum), yang berarti kehamilan kosong karena janin tidak berkembang dengan baik. Calon bayi saya hanya bertahan sembilan minggu.


Setelah itu saya dan suami mencoba inseminasi untuk membantu, tapi sayangnya masih belum berhasil juga sampai sekarang. Sampai detik ini saya masih menaruh harapan yang besar dan juga sangat bersemangat untuk terus mencoba.



Apa yang ingin kamu sampaikan kepada wanita yang sedang membaca ceritamu?


Buat para wanita hebat di luar sana—yang terdiagnosa PCOS dan juga yang tidak terdiagnosa—saya ingin bilang bahwa kita sebagai perempuan harus lebih aware. Kenapa? Karena kita harus tahu kalau ada sesuatu yang tidak biasa di dalam tubuh kita, terutama masalah kesuburan. Please lakukan pemeriksaan sedini mungkin agar tahu cara menjaga kesehatan diri kita. Saya pribadi menyesal tidak melakukan pemeriksaan sedini mungkin.


Untuk yang sedang berjuang, kamu tidak sendirian. Dan penting untuk tahu bahwa wanita pejuang PCOS itu bisa hamil! Yes, sudah banyak banget cysters yang berhasil hamil, baik secara alami maupun dengan bantuan teknologi medis. Cysters, you are not alone.



Lianita


Sebelum terdiagnosa, apakah kamu sudah mengenal PCOS?


Tidak, saat itu saya belum paham tentang PCOS. Saya terdiganosa PCOS di tahun 2014, satu tahun setelah menikah. Gejala PCOS yang saya sadari tidak ada kehamilan, padahal selama setahun setelah menikah tidak memakai kontrasepsi dan menstruasi normal setiap bulannya. Reaksi saya biasa saja, karena saat itu kurang paham. Jika saat itu sudah mengenal PCOS pasti reaksi saya berbeda.



Sekarang, apakah kamu masih mencoba untuk hamil?


Sekarang saya sudah memiliki buah hati yang sehat! Meskipun begitu saya tak akan pernah melupakan kondisi saya sendiri—PCOS ini akan terus ada jadi harus terus memelihara kesehatan.



Untuk wanita lainnya di luar sana yang berencana untuk hamil, adakah tips yang ingin kamu sampaikan?


Pemeriksaan lebih lanjut ke dokter dapat dilakukan sebelum menikah—tidak harus ke dokter kandungan, dokter umum pun tidak masalah. PCOS bukan hanya masalah kesehatan reproduksi saja, tapi juga berkaitan dengan metabolisme tubuh. Saya pribadi sempat menjalani terapi untuk menaikkan kadar vitamin D3 yang ternyata jumlahnya kurang cukup dalam darah saya. Untuk hamil pun kita butuh tubuh yang sehat, termasuk secara psikis. Yuk, diperluas pemikirannya agar bisa hamil dengan sehat!



Oke


Apa kebiasaan lama yang sulit kamu tinggalkan demi melawan PCOS?


Saya terbiasa makan makanan manis dan tinggi karbohidrat. Plus, saya juga jarang olahraga. Setelah terdiagnosa saya harus benar-benar menghilangkan kebiasaan tersebut. Dokter menganjurkan diet yang rendah karbohidrat dan lemak—ini adalah bagian dari treatment PCOS saya. Treatment lain yang saya lakukan adalah olahraga setiap hari dan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter.



Apakah perubahan gaya hidup tersebut berpengaruh?


Yes, PCOS saya kini sudah cukup terkendali! Meski siklus haid saya masih lebih dari 30 hari, ini adalah perubahan signifikan bagi saya yang dulu biasanya mens sekali dalam tiga sampai empat bulan—bahkan pernah tujuh bulan tanpa mens.



Menurutmu, apa hal penting yang perlu orang-orang ketahui tentang PCOS?


PCOS bisa dialami oleh siapa saja dan tidak mengenal berat badan—yang ideal, obesitas, maupun underweight bisa mengalaminya. Kalau kamu mengalami dua atau tiga gejala PCOS, jangan takut untuk datang ke dokter spesialis kandungan. Bagi saya dokter kandungan yang saya percayai cukup penting dalam perjalanan saya, karena beliau adalah teman saya dalam berjuang melawan PCOS.


***


PCOS Fighter Indonesia (PFI) adalah komunitas untuk para pejuang PCOS yang dibentuk pada Oktober 2017. PFI telah berkembang dan kini memiliki lebih dari 40.000 followers di Instagram, platform di mana PFI berbagi informasi edukatif mengenai PCOS. PFI sendiri telah bekerjasama dengan sejumlah dokter dan rumah sakit untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan reproduksi wanita tersebut.


We crack open taboos and talk about all things reproductive health. Follow UMA on Instagram.

bottom of page