An interview with dr. Monika Hadimuljono, Sp.KK
Berbagai gejala dan perubahan pada tubuh terjadi menjelang (dan selama) kita menstruasi, salah satunya period acne. UMA bertanya langsung pada dermatolog dr. Monika Hadimuljono, SP.KK untuk menjawab segala pertanyaan yang kamu miliki seputar masalah jerawat saat menstruasi.
Q:
Hai, dr. Monika! Sebenarnya apa sih yang terjadi pada tubuh kita sehingga jerawat timbul saat menstruasi?
A:
Menjelang menstruasi, ada ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada tubuh wanita. Kadar hormon estrogen akan mendadak turun drastis, dan hal ini juga akan diikuti dengan penurunan hormon pregesteron. Pada saat yang bersamaan, kadar hormon testosteron cenderung lebih tinggi. Jenis hormon ini meningkatkan produksi sebum menjelang menstruasi, sehingga dapat menyumbat pori-pori dan memicu jerawat.
Ketika kita mulai menstruasi jumlah hormon progesteron yang sebelumnya turun drastis akan kembali meningkat. Peningkatan inilah yang menyebabkan kulit membengkak dan pori-pori kulit mengecil, sehingga sebum mudah terjebak di dalam folikel dan membuat lebih banyak jerawat timbul.
Q:
Bagaimana kita bisa tahu bahwa jerawat yang muncul disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon?
A:
Ada sejumlah ciri-ciri yang bisa kita alami. Untuk usia remaja, jerawat hormonal seringkali muncul di area T-zone, yaitu dahi, hidung, dan dagu. Ini disebabkan oleh hormon testosteron yang meningkat di masa pubertas.
Untuk usia dewasa, jerawat hormonal yang muncul menjelang dan saat menstruasi seringkali timbul di area wajah, termasuk pipi, dagu, serta sekitar rahang dan leher. Biasanya letak jerawat sama setiap bulannya, dan berupa tipe papulopustular yang berbentuk kista dan menyebabkan nyeri.
Q:
Bagaimana cara membedakan jerawat hormonal 'biasa' dan jerawat akibat polycystic ovarian syndrome (PCOS)? Haruskah kita khawatir?
A:
Ini bisa diketahui dari gejala-gejala yang kamu alami. PCOS sendiri ditandai dengan adanya lebih dari satu kista di ovarium (indung telur), menstruasi yang tidak teratur, berat badan yang terkadang berlebih (obesitas), timbulnya rambut di wajah, dada, serta punggung, dan jerawat tipe kista yang biasanya muncul di garis rahang.
Kalau kamu mengalami tanda-tanda tersebut, ada baiknya untuk segera konsultasi dengan dokter spesialis kulit dan dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan terapi yang tepat.
Q:
Untuk merawat jerawat hormonal, apakah ada bahan kandungan skincare tertentu yang dianjurkan?
A:
Penggunaan obat jerawat disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Saya sarankan untuk konsultasi langsung dengan dokter spesialis kulit agar bisa ditangani dengan benar
Q:
Apakah ada cara untuk menyeimbangkan hormon agar jerawat berkurang? Bagaimana dengan pil birth control, is it recommended?
A:
Menjaga pola hidup sehat dan berat badan itu penting, karena obesitas dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar hormon penyebab jerawat. Selain itu, kurangi juga asupan gula dan produk dairy karena dapat memicu peradangan dan membuat jerawat hormonal semakin parah.
Soal obat birth control atau pil KB, itu juga merupakan salah satu opsi untuk menyeimbangkan kadar hormon antiandrogen (penghambat hormon androgen, termasuk testosteron). Tetapi untuk menggunakan pil KB kita harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu, tidak bisa sembarang pakai.
Q:
That was insightful, dok! Lastly, apakah jerawat hormonal akan berkurang seiring bertambahnya usia?
A:
Yes. Pada umumnya jerawat hormonal muncul di usia pubertas (11 sampai 12 tahun), masa di mana hormon seksual mulai aktif menstimulasi kelenjar minyak. Oleh karena itu, wajar kalau jerawat banyak muncul di usia remaja. Meskipun begitu, jerawat akan mulai berkurang begitu kamu memasuki usia dewasa.
***
dr. Monika Hadimuljono, Sp.KK adalah dermatolog lulusan Universitas Airlangga dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang kesehatan kulit. Pada tahun 2017, dr. Monika mendirikan Klinik Dermaplus di Jakarta Selatan, di mana ia menyediakan layanan perawatan kesehatan kulit dan estetika hingga kini.
Artikel ini bertujuan untuk menyampaikan informasi dari dokter dan praktisi medis. Artikel ini bukan, dan tidak dimaksudkan sebagai, pengganti saran ahli medis, diagnosa, atau pengobatan, dan tidak boleh diandalkan untuk nasihat medis tertentu.
We crack open taboos and talk about all things reproductive health. Follow UMA on Instagram.