
An interview with dr. Dinda Derdameisya, Sp. OG, FFAG
Pada bulan Maret setiap tahunnya, kita bersama-sama memperingati Endometriosis Awareness Month untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan endometriosis, penyakit kesehatan reproduksi wanita yang berdampak pada rahim.
Apakah endometriosis berbahaya? Bisakah endometriosis menghambat kehamilan? Temukan jawabannya di sini, langsung dari spesialis OBGYN dr. Dinda Derdameisya, Sp. OG, FFAG!
Q:
Hai, dr. Dinda! Sebenarnya endometriosis itu apa, sih?
A:
Hi, UMA! Endometriosis adalah kondisi di mana dinding rahim, atau biasa dikenal sebagai endometrium, tumbuh di luar dinding rahim.
Lokasi endometriosis beragam. Ada yang tumbuh di indung telur dan biasanya berbentuk kista, dan ada pula yang tumbuh di dinding abdomen (perut). Ini biasanya disebut lesi endometriosis dan terkadang membuat organ-organ internal melengket. Ada pula yang terletak di dalam otot rahim dan biasanya berbentuk seperti miom. Ini disebut adenomiosis.
Q:
Di Indonesia, apakah endometriosis termasuk penyakit yang umum terjadi? Biasanya perempuan usia berapa yang mengalami endometriosis?
A:
Dari data tahun 2010, sekitar enam sampai 10 persen dari perempuan Indonesia dalam usia reproduksi terkena endometriosis. Jadi bisa dibilang lumayan umum, ya, karena angkanya pun tidak rendah.
Q:
That's quite high! Tapi endometriosis sendiri kenapa bisa terjadi ya, Dok? Apa saja penyebabnya?
A:
Sebenarnya ada banyak teori di balik terjadinya endometriosis, tapi sayangnya masih belum jelas. Teori yang paling sering digunakan adalah adanya gangguan sistem kekebalan tubuh. Pada kondisi ini, sel endometrium diserang sehingga dinding endometrium yang tumbuh di luar dinding rahim tidak bisa dibersihkan.
Ada juga teori retrograde menstruation, yaitu saat darah menstruasi mengalir kembali ke dalam organ panggul dan menetap di situ. Teori lain yang cukup populer adalah endometriosis terjadi akibat perubahan sel peritoneum (selaput pelapis bagian dalam perut) yang diduga dapat berubah menjadi sel endometrium jika terpengaruh hormon atau sistem kekebalan tubuh. Ada juga yang bilang sel endometrium bisa pindah melalui darah, dan ada juga yang bilang melalui sistem kelenjar getah bening.
Banyak sekali teori tentang penyebab endometriosis. Tapi sekarang teori yang paling sering digunakan adalah terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh.
Q:
Apa saja gejala endometriosis yang paling sering terjadi?
A:
Kalau belum menikah, gejala yang paling sering dialami adalah nyeri haid. Itulah yang paling sering dikeluhkan. Nyeri tersebut bisa berlanjut ke nyeri panggul, lalu mengarah ke nyeri saat buang air kecil dan buang air besar.
Kalau sudah menikah, gejalanya adalah susah hamil atau infertilitas.
Q:
Apakah endometriosis berbahaya?
A:
Sebenarnya endometriosis termasuk kelainan yang jinak. Kalau berbentuk kista, kista endometriosis yang pecah akan menyebabkan nyeri perut luar biasa. Tapi perlu diketahui kemungkinan kista endometriosis menjadi ganas kurang dari satu persen.
Q:
Kalau saya mengalami endometriosis, treatment apa saja yang tersedia di Indonesia, Dok?
A:
Tergantung keluhannya. Kalau keluhan utamanya adalah nyeri haid, perawatannya adalah obat-obatan untuk mengatasi nyeri tersebut. Obat untuk nyeri haid sendiri tersedia dalam beberapa grade atau tingkat, jadi ada banyak opsi perawatan. Gejala nyeri panggul juga bisa diatasi dengan pengobatan anti nyeri (analgetik).
Tapi kalau pasien mengalami infertilitas dan ingin punya anak, diskusikan dengan dokter OBGYN untuk membahas kebutuhan terapi operatif atau operasi untuk membersihkan sel-sel endometrium. Pengurangan nyeri yang luar biasa pun bisa diatasi dengan pengobatan operatif.
Q:
Now, it's time for our most frequently asked question: Apakah endometriosis bisa menghambat kehamilan?
A:
Ya, karena dari awal akan mengganggu pertemuan sel telur dengan sperma. Dan ketika sudah bertemu akan ada kesulitan dalam perkembangan embrio, lalu ada pula kesulitan penempelan di dalam rahim.
Q:
Untuk para pejuang endometriosis yang berencana untuk hamil, apakah ada program hamil (promil) yang bisa dicoba? Dan apakah memungkinkan untuk bisa hamil tanpa promil?
A:
Yes, sesuai dengan kondisi dan tingkat keparahan endometriosis. Hamil tanpa promil bisa terjadi, tergantung dengan derajat endometriosis yang dialami.
Q:
Dok, salah satu pembaca Blog UMA mengatakan ia baru saja didiagnosis mengidap endometriosis dan ingin tahu: Ukuran kista endometriosis bisa mengecil atau tidak?
A:
Biasanya, sih, tidak mengecil—tapi juga tidak membesar. Ukurannya tidak terlalu cepat berubah, tapi jarang pula bisa hilang.
Kalau bentuknya kista, kini pengangkatan kista sendiri sudah jarang dilakukan dan perlu diskusi lebih lanjut tergantung kondisi pasien. Biasanya akan dilakukan evaluasi terlebih dahulu untuk menetapkan tujuannya—apakah untuk mengurangi gejala nyeri, dan untuk yang ingin memiliki keturunan, akan diusahakan untuk hamil.
Q:
Last but not least! Kalau kista endometriosis sudah diangkat, apa yang perlu dilakukan agar lebih cepat hamil?
A:
Sebaiknya langsung mengikuti promil—dibesarkan sel telurnya, lalu evaluasi jika perlu melibatkan inseminasi atau bayi tabung. Sebaiknya langsung didiskusikan karena tidak semua kondisi bisa disetarakan, jadi penanganan setiap pasien berbeda.
***
dr. Dinda Derdameisya, Sp. OG, FFAG adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi (OBGYN) lulusan Universitas Indonesia. Kini dr. Dinda aktif praktik di Brawijaya Hospital Antasari dan rutin berbagi konten edukatif terkait wellness dan kesehatan reproduksi wanita melalui akun Instagram-nya, @tanyadokdin.
We crack open taboos and talk about all things reproductive health. Follow UMA on Instagram.